YPI Al-Azhar Gandeng Doku Kembangkan Sistem Manajemen Akademik
YPI Al-Azhar Gandeng Doku Kembangkan Sistem Manajemen Akademik
Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar belum lama ini meluncurkan aplikasi mobile Salam Al Azhar demi memberikan kemudahan akses kepada orang tua murid. Aplikasi ini merupakan hasil kerja sama antara YPI Al-Azhar dengan penyedia solusi pembayaran elektronik, Doku, dan penyedia layanan IT & solusi bisnis, PT Indoglobal Nusa Persada (iGlobal).
Menurut Gunanto selaku Kepala Bidang Kemuridan, Jamiyyah, dan Pusat Pengembangan Pembelajaran Direktorat Dikdasmen Al-Azhar, pengembangan aplikasi dilatarbelakangi keluhan orang tua murid yang menerima layanan tidak seragam ketika anaknya berpindah sekolah.
“Awalnya begini, (orang tua murid bilang) anak saya di sekolah (Al-Azhar) Kebayoran Baru terima rapor cepat, informasi tentang PR, anak sudah datang ke sekolah (laporannya) real time, pakai SMS gateway. Pas pindah ke sekolah lain kok enggak. Beda-beda tiap sekolah. Kenapa enggak disamakan saja. Kalau menyamakan jangan tanggung-tanggung, sekalian saja pembayarannya,” ujar Gunanto ketika ditemui di kompleks Masjid Agung Al-Azhar belum lama ini.
Gunanto menjelaskan orang tua masa kini sudah semakin melek teknologi. Sehingga dengan adanya Salam Al Azhar, orang tua bisa memonitor langsung berbagai macam hal yang berkaitan dengan perkembangan pendidikan anak secara real time. Selain itu, pihaknya kini juga bisa mengontrol arus lalu lintas keuangan yang masuk secara real time.
“Sebelumnya enggak real time, berapa sih uang yang kami miliki. Dengan adanya ini, per hari ini pun saya bisa mengontrol. Jadi laporan saya ke pengurus itu real time,” ucap Gunanto.
Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar belum lama ini meluncurkan aplikasi mobile Salam Al Azhar demi memberikan kemudahan akses kepada orang tua murid. Aplikasi ini merupakan hasil kerja sama antara YPI Al-Azhar dengan penyedia solusi pembayaran elektronik, Doku, dan penyedia layanan IT & solusi bisnis, PT Indoglobal Nusa Persada (iGlobal).
Menurut Gunanto selaku Kepala Bidang Kemuridan, Jamiyyah, dan Pusat Pengembangan Pembelajaran Direktorat Dikdasmen Al-Azhar, pengembangan aplikasi dilatarbelakangi keluhan orang tua murid yang menerima layanan tidak seragam ketika anaknya berpindah sekolah.
“Awalnya begini, (orang tua murid bilang) anak saya di sekolah (Al-Azhar) Kebayoran Baru terima rapor cepat, informasi tentang PR, anak sudah datang ke sekolah (laporannya) real time, pakai SMS gateway. Pas pindah ke sekolah lain kok enggak. Beda-beda tiap sekolah. Kenapa enggak disamakan saja. Kalau menyamakan jangan tanggung-tanggung, sekalian saja pembayarannya,” ujar Gunanto ketika ditemui di kompleks Masjid Agung Al-Azhar belum lama ini.
Gunanto menjelaskan orang tua masa kini sudah semakin melek teknologi. Sehingga dengan adanya Salam Al Azhar, orang tua bisa memonitor langsung berbagai macam hal yang berkaitan dengan perkembangan pendidikan anak secara real time. Selain itu, pihaknya kini juga bisa mengontrol arus lalu lintas keuangan yang masuk secara real time.
“Sebelumnya enggak real time, berapa sih uang yang kami miliki. Dengan adanya ini, per hari ini pun saya bisa mengontrol. Jadi laporan saya ke pengurus itu real time,” ucap Gunanto.
Uji coba mampu kumpulkan dana hingga Rp53 miliar
Aplikasi Salam Al Azhar mulai dicoba pada 14 November 2016 untuk pembayaran pendaftaran murid baru secara online. Hasilnya, uang yang terkumpul melalui aplikasi ini mampu mencapai Rp53 miliar.
Lantaran nilainya cukup besar dan bisa dipantau secara real time, YPI Al-Azhar kini berencana menerapkan secara total pembayaran nontunai melalui aplikasi Salam Al Azhar mulai 1 Juli 2017 di semua sekolah yang dikendalikan langsung oleh Al-Azhar Pusat. Bulan Mei dan Juni 2017, TK 1 Al-Azhar Pusat akan menjadi contoh penerapan aplikasi ini.
“Per tahun ajaran baru, 1 Juli (2017), SPP semua sudah pakai Salam Al Azhar. Enggak boleh pakai setor tunai ke Tata Usaha. Kita pelan-pelan tinggalkan itu,” jelas Gunanto.
Selain digunakan untuk pendaftaran dan pembayaran, Salam Al Azhar juga bisa dimanfaatkan orang tua untuk memantau perkembangan anak-anaknya di sekolah. Seperti data absensi, pelajaran yang dipelajari hari itu, kapan jadwal ulangan, berapa hasilnya, apakah perlu ada tes remedial atau tidak, akan bisa terpantau melalui aplikasi ini.
Bahkan orang tua bisa mengetahui lebih dulu nilai rapor anaknya sebelum pembagian rapor secara fisik. “Tapi pembagian rapor di kami enggak sekadar pembagian dokumen. Ada wawancara, tetap (perlu) hadir. Tapi minimal orang tua sudah tahu karena perkembangan report per hari sudah liat di rekap sistem,” papar Gunanto.
Aplikasi Salam Al Azhar mulai dicoba pada 14 November 2016 untuk pembayaran pendaftaran murid baru secara online. Hasilnya, uang yang terkumpul melalui aplikasi ini mampu mencapai Rp53 miliar.
Lantaran nilainya cukup besar dan bisa dipantau secara real time, YPI Al-Azhar kini berencana menerapkan secara total pembayaran nontunai melalui aplikasi Salam Al Azhar mulai 1 Juli 2017 di semua sekolah yang dikendalikan langsung oleh Al-Azhar Pusat. Bulan Mei dan Juni 2017, TK 1 Al-Azhar Pusat akan menjadi contoh penerapan aplikasi ini.
“Per tahun ajaran baru, 1 Juli (2017), SPP semua sudah pakai Salam Al Azhar. Enggak boleh pakai setor tunai ke Tata Usaha. Kita pelan-pelan tinggalkan itu,” jelas Gunanto.
Selain digunakan untuk pendaftaran dan pembayaran, Salam Al Azhar juga bisa dimanfaatkan orang tua untuk memantau perkembangan anak-anaknya di sekolah. Seperti data absensi, pelajaran yang dipelajari hari itu, kapan jadwal ulangan, berapa hasilnya, apakah perlu ada tes remedial atau tidak, akan bisa terpantau melalui aplikasi ini.
Bahkan orang tua bisa mengetahui lebih dulu nilai rapor anaknya sebelum pembagian rapor secara fisik. “Tapi pembagian rapor di kami enggak sekadar pembagian dokumen. Ada wawancara, tetap (perlu) hadir. Tapi minimal orang tua sudah tahu karena perkembangan report per hari sudah liat di rekap sistem,” papar Gunanto.
Baru untuk kalangan sendiri
Penerapan sebuah aplikasi untuk keperluan manajemen akademis dalam dunia pendidikan sebenarnya bukan hal baru. Sebelum YPI Al-Azhar mengembangkan aplikasi Salam Al Azhar, ada beberapa startup pendidikan yang menawarkan layanan sistem manajemen akademik serupa seperti Quintal atau AIMSIS.
Aplikasi Salam Al Azhar diluncurkan untuk digunakan sendiri oleh kalangan internal. Dalam hal ini, hanya sekolah-sekolah cabang YPI Al-Azhar Pusat saja yang bisa menggunakan aplikasi. Dengan kata lain, YPI Al-Azhar tidak menjual sistemnya karena mereka sendiri bekerja sama dengan pihak lain untuk mengembangkan aplikasi.
“Untuk sementara kita fokus ke internal Al Azhar. Mungkin beberapa tahun mendatang akan kita evaluasi dan kembangkan. Tahap pertama sekolah Al-Azhar milik sendiri, dan tahap kedua sekolah Al-Azhar yang berada di yayasan mitra. Jika kedua tahap itu selesai, bisa jadi akan dikembangkan. Namun sampai saat ini belum kami bicarakan,” ujar Gunanto.
Sedangkan untuk Quintal, aplikasi yang mereka luncurkan memang untuk tujuan komersial. Quintal mengklaim sudah berhasil mengimplementasikan layanan miliknya ke tiga belas lokasi, seperti di Jakarta, Cirebon, hingga Semarang. “Sekarang yang sudah berjalan sepuluh sekolah,” kata CEO Quintal, Danny Saksono, ketika dikonfirmasi Tech in Asia Indonesia.
Penerapan sebuah aplikasi untuk keperluan manajemen akademis dalam dunia pendidikan sebenarnya bukan hal baru. Sebelum YPI Al-Azhar mengembangkan aplikasi Salam Al Azhar, ada beberapa startup pendidikan yang menawarkan layanan sistem manajemen akademik serupa seperti Quintal atau AIMSIS.
Aplikasi Salam Al Azhar diluncurkan untuk digunakan sendiri oleh kalangan internal. Dalam hal ini, hanya sekolah-sekolah cabang YPI Al-Azhar Pusat saja yang bisa menggunakan aplikasi. Dengan kata lain, YPI Al-Azhar tidak menjual sistemnya karena mereka sendiri bekerja sama dengan pihak lain untuk mengembangkan aplikasi.
“Untuk sementara kita fokus ke internal Al Azhar. Mungkin beberapa tahun mendatang akan kita evaluasi dan kembangkan. Tahap pertama sekolah Al-Azhar milik sendiri, dan tahap kedua sekolah Al-Azhar yang berada di yayasan mitra. Jika kedua tahap itu selesai, bisa jadi akan dikembangkan. Namun sampai saat ini belum kami bicarakan,” ujar Gunanto.
Sedangkan untuk Quintal, aplikasi yang mereka luncurkan memang untuk tujuan komersial. Quintal mengklaim sudah berhasil mengimplementasikan layanan miliknya ke tiga belas lokasi, seperti di Jakarta, Cirebon, hingga Semarang. “Sekarang yang sudah berjalan sepuluh sekolah,” kata CEO Quintal, Danny Saksono, ketika dikonfirmasi Tech in Asia Indonesia.
Fitur pembayaran dan pendaftaran sudah terintegrasi
Dalam aplikasi Salam Al Azhar, pihak YPI Al-Azhar telah menggandeng Dokusebagai penyedia layanan payment gateway. Artinya, pembayaran SPP ataupun uang pangkal bisa dilakukan melalui jaringan yang sudah terintegrasi dengan Doku, seperti ATM hingga mini market.
Sedangkan di layanan Quintal, hingga kini belum menyediakan fitur untuk pembayaran langsung SPP maupun uang pangkal. Fitur terkait pembayaran di Quintal sifatnya lebih administratif dan sebagai reminder untuk orang tua siswa bila tanggal pembayaran sudah jatuh tempo.
Hampir sama dengan Quintal, AIMSIS juga baru menyediakan fitur status pembayaran dalam aplikasinya. “Yang kami provide status pembayaran SPP, uang pangkal, pembayaran lain. Untuk pembayarannya sendiri tergantung sekolah. Biasa lewat virtual account bank tertentu atau cash/debit. Baru dari situ datanya dimasukkan ke AIMSIS, dan bisa diintegrasikan dengan fitur AIMSIS lainnya. Misalnya, kalau belum lunas SPP, user tidak bisa melihat nilai,” kata CEO AIMSIS, Christophorus Bema Indrajid.
Salam Al Azhar saat ini sudah menyediakan fitur pendaftaran murid baru dan daftar ulang dalam aplikasinya. Begitu juga dengan AIMSIS, yang telah menyediakan fitur serupa. Sedangkan Quintal baru menyediakan fitur daftar ulang dan tengah mengembangkan fitur pendaftaran murid baru yang rencananya akan diluncurkan mulai bulan September 2017. “Kalau daftar ulang sudah termasuk administratif yang tadi, sudah berjalan. Kalau Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang September itu hanya anak baru yang datanya belum masuk di kita saja,” ujar Danny.
Dalam aplikasi Salam Al Azhar, pihak YPI Al-Azhar telah menggandeng Dokusebagai penyedia layanan payment gateway. Artinya, pembayaran SPP ataupun uang pangkal bisa dilakukan melalui jaringan yang sudah terintegrasi dengan Doku, seperti ATM hingga mini market.
Sedangkan di layanan Quintal, hingga kini belum menyediakan fitur untuk pembayaran langsung SPP maupun uang pangkal. Fitur terkait pembayaran di Quintal sifatnya lebih administratif dan sebagai reminder untuk orang tua siswa bila tanggal pembayaran sudah jatuh tempo.
Hampir sama dengan Quintal, AIMSIS juga baru menyediakan fitur status pembayaran dalam aplikasinya. “Yang kami provide status pembayaran SPP, uang pangkal, pembayaran lain. Untuk pembayarannya sendiri tergantung sekolah. Biasa lewat virtual account bank tertentu atau cash/debit. Baru dari situ datanya dimasukkan ke AIMSIS, dan bisa diintegrasikan dengan fitur AIMSIS lainnya. Misalnya, kalau belum lunas SPP, user tidak bisa melihat nilai,” kata CEO AIMSIS, Christophorus Bema Indrajid.
Salam Al Azhar saat ini sudah menyediakan fitur pendaftaran murid baru dan daftar ulang dalam aplikasinya. Begitu juga dengan AIMSIS, yang telah menyediakan fitur serupa. Sedangkan Quintal baru menyediakan fitur daftar ulang dan tengah mengembangkan fitur pendaftaran murid baru yang rencananya akan diluncurkan mulai bulan September 2017. “Kalau daftar ulang sudah termasuk administratif yang tadi, sudah berjalan. Kalau Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang September itu hanya anak baru yang datanya belum masuk di kita saja,” ujar Danny.
Peluang di industri pendidikan masih terbuka lebar
Industri pendidikan masih menyediakan pasar yang cukup luas. Hal itu terlihat dari banyaknya sekolah formal dari berbagai jenjang pendidikan yang dikibarkan oleh beragam bendera usaha. Sebut saja lembaga pendidikan untuk anak balita, taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) hingga perguruan tinggi.
Maraknya startup teknologi maupun penyedia layanan yang mengincar industri pendidikan tak lepas dari potensi yang begitu besar. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Global Educational Supplies & Solutions Indonesia, sebuah lembaga yang memfasilitasi pameran industri pendidikan, Indonesia diperkirakan menjadi salah satu konsumen teknologi pendidikan terbesar di dunia pada tahun 2019 nanti.
(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)
Industri pendidikan masih menyediakan pasar yang cukup luas. Hal itu terlihat dari banyaknya sekolah formal dari berbagai jenjang pendidikan yang dikibarkan oleh beragam bendera usaha. Sebut saja lembaga pendidikan untuk anak balita, taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) hingga perguruan tinggi.
Maraknya startup teknologi maupun penyedia layanan yang mengincar industri pendidikan tak lepas dari potensi yang begitu besar. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Global Educational Supplies & Solutions Indonesia, sebuah lembaga yang memfasilitasi pameran industri pendidikan, Indonesia diperkirakan menjadi salah satu konsumen teknologi pendidikan terbesar di dunia pada tahun 2019 nanti.
(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)
Comments
Post a Comment